Jumat, 05 Agustus 2016

KECELIK (1) - KEMULIAAN

'Kecelik', sebuah kata bahasa jawa yang sering diterjemahkan dengan kecewa. Gak pas-pas banget. Kecelik adalah sebuah ungkapan untuk hal yang diyakini bakal terjadi namun tidak terjadi. Kalau kecewa melibatkan pihak lain untuk terjadinya sedangkan kecelik murni karena salah perhitungan.


Berikut ini kisah tentang kecelik saya dapat dari group whatsapp, yang dipost oleh pak Agus

Ojo Dadi Wong KECELIK
Saat ceramah KH Saerozi dr Moropelang cerita soal tiga orang yang kecelik.


Pertama, orang ingin mulia dengan memperlihatkan kebaikan. ’’Orang yang ingin mulia dengan ngetok-ngetokno keapikane iku kecelik. Sebab keapikan iku lek diketokno ora nggarai apik. Justru nggarai elek,’’ tuturnya. Sebaliknya, keapikan kalau ditutupi, akan semakin kelihatan baik.

’’Sampean kenalan karo wong. Sampean takoni jenenge sopo. Kok deweke jawab. Kulo almukarrom kiai haji Soleh. Yo malah diguyu. Kok ora ditambahi almarhum pisan,’’ ucapnya disambut tawa jamaah.

Pelok, isi buah mangga, kata Kiai Saerozi, jika ditanam di tanah dalam-dalam, justru akan menumbuhkan pohon dan buah. ’’Coba pelok iku delehen duwur mejo. Yo sido garing,’’ tambahnya. 

’’Makanya ada maqolah, kun ardun fi qodaminnas. Jadilah kamu bumi bagi kaki-kaki manusia,’’ tuturnya. ’’Bumi itu dibawah. Yo diinjak-injak. Yo diidoni. Tapi regane tambah suwi tambah larang. Padahal bumine ora lapo-lapo,’’ ucapnya kembali disambut ger-geran jamaah.

Makanya jika ngelakoni apik, sebaiknya disembunyikan atau ditutupi. ’’Attawadlu’u la tazidu illa rif’ah. Wong tawadlu akan semakin mulia,’’ ucapnya.
’’Orang yang berbuat baik dengan diketok-ketokno iku biasane gak eroh dalane berbuat apik. Utowo gak biasa ngelakoni apik,’’ jelasnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku ini aku pinjam

Buku yang kita baca tidak sama, Lalu bagaimana bisa merasakan haru biru yang sama [1/8 17.10] Umi Sman Cepu: Njaluk dicritani leh [1/...