Ketiga, orang mengira bahwa jagoan adalah yang bisa mengalahkan semua
musuh. ’’Iku kecelik. Sebab musuh sing dikalahno, duwe bolo, duwe konco, duwe keluarga. Masio kalah, koncone, bolone, keluargane pasti balas dendam. Musuhe tambah akeh,’’ tuturnya.
Menang yang sejati, kata Kiai Saerozi, adalah dengan memaafkan. ’’Al afwu la tazidu illa izzan. Memaafkan akan menambah kemenangan”.
’’Musuh disepuro dadi bolo, dulur ora disepuro dadi musuh,’’ tegasnya.
Misalnya musuhan dengan tetangga kanan rumah. Ora mau nyepuro. Maka lewat depan rumahnya pasti segan. Musuhan dengan tetangga kiri rumah. Ora mau nyepuro. Lewat di depannya pasti juga segan. ’’Akhire ngiri buntu, nganan yo buntu. Padahal asline ora buntu. Sing mbuntu atine dewe,’’ jelasnya.
Kalau punya musuh, mau ngapain juga pasti susah. ’’Mau masuk musola kok di didalamnya ada musuhe. Pasti tidak mau masuk. Ora dikipatno ngipat-ngipat dewe,’’ ucapnya disambut ger-geran jamaah.
’’Mau naik angkot kok didalam ada musuhe. Pasti ora sido naik,’’ tambahnya.
Makanya yang paling baik adalah memaafkan. ’’Jagoan sejati iku nyepuroan,’’ paparnya..
Agar antar anak tidak ada musuhan, orang tua diminta tidak mbedak-mbedakno iki anak emas. Dan ini anak bukan emas. Tidak boleh membanding-bandingkan kelebihan anak dihadapan anak yang lain. Sebab kalau sudah tali silaturahmi putus, maka tali hubungan dengan Allah juga putus. ’’Kajio bendino kalau hubungan dengan sanak keluarga ora apik, percuma,’’ tegas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar